Senin, 28 Maret 2011

tugas psikologi lingkungan

nama: Ricky.Yacub
npm: 10508196
kelas: 3pa06

Kepadatan dalam lingkungan sosial dan dampaknya


            Kepadatan atau kesesakan merupakan suatu permasalahan yang ada disetiap daerah bahkan didunia mengalami kepadatan baik berupa meningkatnya penduduk disuatu daerah. Dalam beberapa tahun belakangan di daerah diindonesia terutama di daerah atau kota-kota besar mengalami suatu kepadatan baik dari faktor bertambahnya jumlah kelahiran ataupun banyaknya masyarakat desa yang berurbanisasi ke kota seperti ke Jakarta. Ini tentunya menimbulkan permasalahan yang kompleks di masyarakat. Pandangan masyarakat bahwa kota-kota besar adalah sumber mencari nafkah adalah salah satu penyebab tingginya jumlah pendatang.
            Lalu yang terjadi adalah terasa sesaknya kehidupan di wilayah-wilayah sekitar rumah. Banyak nya pendirian perumahan-perumahan dan kontrakan. Yang pada akhirnya tidak lagi melihat estetika keindahan lingkungan sekitar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepadatan atau ksesakan lingkungan, di antaranya:
1.         faktor bertambanya angka kelahiran
2.         tingginya minat warga desa untuk urbanisasi ke kota
3.         program KB yang tidak berjalan
4.         minim nya kesadaran masyarakat akan dampak kepadatan dalam lingkungan
            Indonesia adalah salah satu Negara terpadat penduduknya didunia. Setiap sepuluh tahun sekali di adakan sensus penduduk guna mengetahui jumlah penduduk di Indonesia.kenyataan nya setiap di adakan sensus badan pusat statistic (BPN) mencatat tingginya jumlah masyarakat yang ada di Indonesia.dalam hal menekan jumlah kepadatan penduduk di Indonesia uapaya yang di lakukan pemerintah dalam hal ini adalah menggalakan program KB ( keluarga berencana ). Program ini bertujuan untuk menjadikan sebuah keluarga yang terstruktur dan dapat dikendalikan. Misalnya program KB ini mengharuskan setiap keluarga hanya memiliki dua keturunan.
 Tidak hanya di Indonesia yang mengalami kepadatan penduduk setiap tahunnya, Negara-negara di dunia pun mengalami hal yang sama. Ada alasan-alasan tertentu mengapa tingkat pertambahan penduduk di negara-negara yang sedang berkembang itu tetap tinggi. Beberapa pendapat yang diperkuat oleh hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingkat pertambahan penduduk yang tinggi tersebut antara lain disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :

1. Sejak berabad-abad lamanya kesuburan yang tinggi itu merupakan jawaban terhadap kematian yang tinggi untuk mempertahankan kelangsungan hidup keluarga bangsa dan agama.
2. Di negara-negara yang sedang berkembang, anak adalah kekayaan orang tua yang           paling dibanggakan karena merupakan jaminan sosial, ekonomi, dan emosi di hari tua. Oleh karena itu, kesuburan sangat dihormati untuk menjamin cukup anak, terutama anak laki-laki. Di negara-negara agraris, anak laki-laki sangat diperlukan untuk membantu mengerjakan sawah lading atau melaksanakan upacara keagamaan tertentu pada waktu orang tuanya meninggal. Anak juga dianggap merupakan jaminan bagi para ibu, apabila kelak mereka diceraikan atau dimadu.
3. Di negara-negara yang sedang berkembang, perkawinan pada usia remaja sering   dilakukan, terutama bagi wanita di daerah pedesaan. Banyaknya perkawinan muda usia tersebut antara lain disebabkan orang tua merasa malu kalau anak gadisnya belum ada yang melamar, takut menjadi perawan tua. Oleh karena itu, banyak orang tua yang aktif mencarikan jodoh (calon suami) bagi anak gadisnya, meskipun anak gadisnya belum cukup umur untuk menikah, bahkan belum menginjak usia remaja.
4. Para orang tua dan mertua selalu mengharapkan perkawinan anaknya segera dikaruniai anak. Bagi mereka ini penting, sebab anak dari perkawinan tersebut merupakan bukti kesuburan anak gadisnya atau kejantanan anak laki-lakinya. Kebudayaan untuk menunda anak pertama pada usia yang lebih tua belum ada, sehingga pasangan itu akan dihadapkan kepada masa subur yang sangat panjang.



5. Menurut Masri Singarimbun (1977), para orang tua di Sunda dan Jawa, baik di desa maupun di kota mempunyai konsep yang sama tentang besarnya keluarga ideal. Keluarga yang ideal tersebut terdiri dari suami, istri, dan 4 orang anak, dengan 2 laki-laki dan 2 perempuan. Kalau ditakdirkan hanya mempunyai anak laki-laki saja atau perempuan saja, maka jumlah anak tersebut tidak lebih dari 4 – 5 anak (Sumapradja, 1981).

DAMPAK KEPADATAN ATAU KESESAKAN
            Dalam setiap permasalah kepadatan dan kesesakan akan ada dampak terhadap                          lingkungan maupun terhadapa psikis masyarakat. Dampak yang paling nyata dalam masalah kepadatan lingkungan adalah:
1. sempit nya atau berkurang nya lahan terbuka hijau
2. Daerah pinggiran kota akan menjadi kumuh karena dijadikan tempat tinggal bagi kaum                                    urban atau pendatang
3. tidak seimbang nya kehidupan alam dengan jumlah penduduk yang akhirnya terjadi bencana seperti banjir dll
         Sementara dampak yang terjadi bagi masyarakat adalah, meningginya tingkat stress yang di alami warga kota besar karena jumlah kepadatan yang tidak seimbang akan menimbulkan konflik di dalam diri individu. Menurut Baum et al.(dalam Evans, 1982), peristiwa atau tekanan yang berasal dari lingkungan yang mengancam keberadaan individu dapat menyebabkan stres. Bila individu tidak dapat menyesuaikan dengan keadaan lingkungannya, maka akan merasa tertekan dan terganggu dalam berinteraksi dengan lingkungan dan kebebasan individu merasa terancam sehingga mudah mengalami stres. Kawasan padat dan sesak juga menyebabkan individu lebih selektif dalam berhubungan dengan orang lain, terutama dengan orang yang tidak begitu dikenalnya. Tindakan ini dilakukan individu untuk mengurangi stimuli yang tidak diinginkan yang dapat mengurangi kebebasan individu. Tindakan selektif ini memungkinkan menurunnya keinginan seseorang untuk membantu orang lain (intensi prososial).
Perilaku prososial adalah perilaku seseorang yang ditujukan pada orang lain dan memberikan keuntungan fisik maupun psikologis bagi yang dikenakan tindakan tersebut. Perilaku prososial mencakup tindakan-tindakan kerja sama, membagi, menolong, kejujuran, dermawan serta mempertimbangkan kesejahteraan
orang lain (Mussen et al., 1979).